(indonesian.cri.cn) Hari Sabtu lalu (29/5), konferensi pertukaran "Xinjiang adalah Tempat yang Bagus" yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri Tiongkok dan pemerintah Daerah Otonomi Etnis Uyghur Xinjiang digelar di Urumqi. Lebih dari 30 orang dari delegasi utusan Afrika di Tiongkok berpartisipasi dalam konferensi pertukaran tersebut.

Pada kesempatan itu, kepada para delegasi, ketua Daerah Otonomi Etnis Uyghur Xinjiang Shohrat Zakir memperkenalkan perkembangan stabilitas sosial, pembangunan ekonomi berkualitas tinggi, dan kebijakan kebebasan beragama di Xinjiang secara menyeluruh.

Wakil Ketua Asosiasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Daerah Otonomi Etnis Uygur Xinjiang Gulnar Obul mengatakan, "Dalam beberapa tahun terakhir, Xinjiang telah mencapai perkembangan ekonomi dan sosial yang luar biasa dan prestasi nyata dalam usaha hak asasi manusia. Khususnya, rata-rata usia harapan di Xinjiang pada awal berdirinya Tiongkok baru  30 tahun, kini telah meningkat menjadi 72 tahun, dan populasi Uyghur dari 5,55 juta jiwa pada 40 tahun yang lalu, telah tumbuh menjadi lebih dari 12 juta jiwa. Rakyat berbagai etnis menikmati semua hak yang diberikan oleh konstitusi dan hukum Tiongkok sesuai dengan hukum. Fakta-fakta membuktikan tidak ada “genosida” di Xinjiang."

Imam Rishat Mijit dari Mesjid Ara Mahalla di Kota Kuqa, Prefektur Aksu, Xinjiang memperkenalkan situasi kebebasan beragama di Xinjiang pada konferensi tersebut, membelejeti kebohongan "pembatasan kebebasan beragama" dan "larangan puasa bagi umat Islam" dari kekuatan anti-Tiongkok di Amerika Serikat dan Barat. Dia mengatakan, Ramadhan tahun 2021 sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Kaum Muslim berbagai etnis di Xinjiang mengikuti tradisi Islam untuk berpuasa di siang hari dan berbuka puasa di malam hari. Pemerintah juga secara khusus mengatur tenaga medis untuk memberikan layanan medis di mesjid. Sementara itu, masjid juga menyediakan teh, kue, buah-buahan dan makanan lainnya untuk berbuka puasa, mereka sangat puas dan gembira.